Kamis, 23 Maret 2017

Topeng Dibalik Wajah Cantiknya


Betapa senang hatiku hari ini ayah membelikanku buku gambar baru, lengkap dengan pensil warna, penghapus dan juga penggarisnya. Aku tahu ayah sangat sayang aku. Tapi aku merasa kasih sayangnya padaku itu terlalu berlebihan. Sejak ibu meninggal setahun yang lalu. Aku sangat dimanjakannya. Semua keinginanku di turutinya.
Sikap ayah padaku itu membuat kakakku cemburu. Ia merasa tidak di perhatikan ayah. Bahkan sudah dua bulan ini kakak tidak pernah bicara dengan ayah dan aku. Setiap pulang sekolah dia selalu mengurung dirinya dikamar dan hanya akan keluar apabila ia merasa lapar saja.
 Suatu hari saat dia pulang sekolah aku merasa heran kali ini sikapnya ramah, dia menyapaku. Aku merasa senang. Apalagi setelah mataku di manjakan oleh kucing lucu berbulu lebat yang saat itu di bawanya. Katanya kucing itu pemberian dari temannya. Sebagai kado ulang tahun kakakku yang  ulang tahunnya tepat hari ini.
“maaf ya kak aku lupa, bahwa hari ini kakak ulang tahun” ucapku pada kakak
“udah gak apa-apa, kakak ngerti koq kamu pasti sibuk” jawab kakakku lembut
“oke begini saja, kakakku yang cantik mau kado apa dari adikmu yang lucu ini? Kalau tak mau jawab tuliskan saja! ” tanyaku sembari menyerahkan buku dan pulpen padanya. Saat itu aku sedang mengerjakan pr.
“kakak tidak minta apa-apa dari kamu, dua hari ini kakak akan mengikuti persami, jadi
kakak hanya ingin kamu menjaga kucing ini saja”  ucap kakakku sambil menyerahkan kucing di pangkuannya padaku.
“ok,kak” ucapku enteng sambil membawa kucing itu kedapur untuk memberinya makan.

****

“dah” ucapku melepas kepergian kakak. Aku merasa sangat sedih. Hari-hariku akan sangat sepi. Setelah di tinggal ayah yang dinas keluar kota, lalu bi Ijah pembantuku yang pulang kampung karena ibunya sakit, sekarang giliran kakakku yang pergi meninggalkanku karena mengikuti persami di sekolahnya. Ah, aku benar-benar sepi, aku kesepian. Tapi hobi menggambarku setidaknya bisa melawan sedikit rasa sepi itu.
 Entah kenapa sejak perginya kakakku perilaku si Keti kucing kakakku itu berubah jadi liar. Setiap malam suara berisik itu selalu terdengar. Suara perabotan rumah yang pecah akibat kucing itu.  Kucing itu selalu berlarian kesana- kemari tak jelas seperti sedang mengejar tikus padahal tak ada tikus sama sekali dirumah ini. Dia juga suka menyerang setiap benda yang bergerak. Termasuk ketika aku menggambar. Dia menggit tanganku yang sedang memegang pensil, aku tidak marah, amarahku baru bangkit setelah tahu selain menggigit tanganku dia juga menginjak gambarku dengan kakinya yang kotor. Amarahku meledak tidak ada ampun lagi, akupun melempar kucing itu keluar rumah padahal saat itu diluar cuaca sedang hujan lebat.
 Pagi yang indah di hari minggu tiba, aku bangun, membereskan tempat tidur lalu mandi. Setelah berpakaian akupun sarapan. Setelah itu aku berniat menggambar ulang hasil karyaku yang di rusak kucing berengsek tadi malam untuk tugas sekolah besok. Saat akan menggambar aku baru ingat si Keti belum di kasih makan tapi saat itu aku belum ingat bahwa si Keti sudah aku lempar keluar semalam. Akupun pergi kedapur. “meng meng meng…meng meng meng…” panggilku. Tapi kucing itu tak muncul juga. Akupun memutuskan untuk menggambar kembali. Dua jam berlalu. Ingatankupun kembali. Aku telah melempar kucing itu semalam. Lalu aku ingat kakakku. Dan karena kucing itu persaudaraan kita bisa kembali rusak.
Tepat jam 10 pagi aku keluar meninggalkan rumah aku mencari si Keti. Setiap rumah di komplek ini aku kunjungi aku menanyakan si Keti. Aku menyebutkan cirri-ciri yang di milikinya tapi tak seorangpun yang melihatnya, keluar dari komplek aku memasuki perkampungan hal yang sama aku lakukan dan sama tak ada yang melihat si Keti. Aku merasa lelah mencarinya tapi rasa bersalahku mendorongku untuk tidak menyerah. Sampai aku tiba di suatu tempat. Aku berada di hutan. Suasana sudah gelap dan aku tidak tahu jalan pulang. Akupun pingsan tak sadarkan diri.
Saat aku membuka mata. Aku sudah berada di rumah sakit. Aku melihat ada ayah yang sudah tertidur menungguku. Ternyata sudah dua hari aku terbaring disini. Kata ayah Aku di temukan pingsan oleh mang uu di hutan dan dia juga yang membawaku kesini. Ayah juga memberi tahuku bahwa kata dokter faktor utama aku pingsan adalah karena aku kelelahan dan dokter juga menemukan ada virus rabies yang sedang menyebar di tubuhku. Virus yang akan terlihat gejalanya setelah 2-3 minggu atau satu tahun. Dan penyebabnya adalah kucing gila milik om ku yang seharusnya di bawa kedokter hewan tapi kakakku malah membawanya kerumah. Aku mulai menaruh rasa curiga pada kakakku dalam pikiranku “untuk apa dia membawa kucing sakit kerumah?”  “ah mungkin dia lupa, atau tak sengaja” akupun menepiskan segala prasangka negatif pada kakakku itu. Karena aku yakin dia telah berubah. “Tenang, om sudah membereskannya” ucap omku sembari memperlihatkan gantungan kunci motornya. Gantungan kunci itu adalah ekor si keti. Ternyata eh ternyata setelah aku lempar keluar malam itu si keti pulang kerumahnya dan omkupun segera membawa si Keti kedokter hewan dan kata dokter itu, penyakit si Keti sudah tak mungkin di sembuhkan jadi dia di binasakan.
Nada sms hpku yang saat itu di pegang ayahku berbunyi dan ternyata itu pesan dari kakakku. Hatiku sangat senang karena aku merindukannya. Aku mengambil hp itu dari tangan ayah, lalu akupun membaca isi pesannya.” Gimana? Sakit? Rasa sakit yang lo alami sekarang gak sebanding dengan penderitaan gue selama ini.” Sontak setelah membaca pesan itu hatikupun hancur. Hancur hatiku, hancur pula kepercayaanku. Aku tak sangka kakak yang aku sayangi selama ini ternyata memakai topeng. Topeng di balik wajah cantiknya. Aku masih tak percaya dia sengaja melakukan itu agar aku mati. Dan kasih sayang ayah kembali padanya seperti dahulu. Betapa marahnya ayah yang juga membaca pesan itu. Tapi marah itu ia tahan. Karena dia sayang sama anaknya. Lalu dia menyuruh kakak untuk pindah sekolah dan tinggal di rumah nenek.

TAMAT



Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com
Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar