Selasa, 28 Maret 2017

Serial Kim Jong Un
Part 1
Mesin Pembunuh

  
Akim, Ijong, Samiun adalah tiga sahabat. Mereka di lahirkan di hari tanggal dan tahun yang sama. Mereka tumbuh tanpa mengenal siapa orang tua kandung mereka. Mereka tinggal dipanti asuhan yang sama. Dan kemana-mana selalu bersama. Orang-orangpun memanggil mereka Kim Jong Un. Mereka juga diadopsi oleh seorang konglomaerat tua yang sama. Yang seminggu kemudian meninggal. Kakek itu tidak memiliki anak dan istri.  Jadi seluruh harta kekayaan yang tidak akan habis tujuh turunan itu jatuh ketangan mereka. Tapi mereka tetap rendah hati. Di sekolah mereka tidak menunjukan diri sebagai anak orang kaya.  Kini mereka mulai menginjak remaja usia mereka telah 13 tahun dan mulai mengenal cinta. Mereka bertiga naksir sama kaka kelas mereka. Namanya, Yaumil, Wafa dan Aulia. Hal itu bermula ketika masa orientasi siswa . Mereka bertiga melongo melihat gadis cantik yang sedang berbicara di depan mereka. “Jong lihat deh yang ada tahilalat di bawah matanya cantik ya? “ Tanya Kim pada Jong. “Yang tahi lalatnya di atas bibir itu lebih manis” jawab Jong. “Yang tahi lalatnya di hidung itu mirip artis dangdut idolaku”. Ucap Un menimpali. Karena belum berpengalaman ini untuk pertama kalinya bagi mereka. Akhirnya googlepun jadi tujuan. “Bagaimana cara mendapatkan hati gebetan” itu yang mereka tulis. Dari banyaknya kata di artikel itu yang menjadi pusat perhatian mereka yaitu tak kenal maka tak sayang dan pengorbanan.
Saat itu mereka bertiga berjalan menuju taman. Dan melihat Yaumil, Wafa, dan Aulia sedang duduk di taman membaca buku pelajaran. Karena hari ini ulangan. Kim Jong Un berusaha memperkenalkan diri. Kim menawarkan tangannya pada Yaumil, Jong pada Wafa dan Un pada Aulia. Tapi mereka di kacangin. Tawaran mereka tidak di hiraukan Yaumil, Wafa dan Aulia. Yaumil, Wafa, dan Aulia pergi meninggalkan tiga cowok  tampan itu karena merasa terganggu. Tapi mereka tidak menyerah besoknya mereka coba lagi ketika bertemu di jalan tapi sama di kacangin. Besoknya lagi di coba saat makan di kantin dan tetap di kacangin juga. Sekedar ingin berkenalan dengan cewek paling di populer di sekolah itu sudah susah. Apalagi kalau ingin dekat,  jauh-jauh kepacar itu yang mereka rasakan.
Hari ini mereka heran kenapa Yaumil, Wafa, dan Aulia tidak ada di sekolah. Merekapun mencoba mencari tahu. Dan ternyata kata bu guru Yaumil, Wafa, dan Aulia sakit.

***

Teng-teng, bunyi bel tanda pulang sekolah.Semua muridpun keluar kelas termasuk Kim Jong
Un.

***
Kini mereka bertiga sudah berada di halte menunggu kendaraan umum lewat. Menurut bu guru jarak sekolah dengan rumah cewek yang mereka taksir cukup jauh jadi harus tiga kali naik angkutan umum. Dan kini mereka sudah berada di angkot yang ketiga, tinggal 2 km lagi mereka akan sampai di rumah sang pujaan hati. Saat  di angkot itu mereka duduk berhadapan dengan tiga orang wanita yang memakai pakaian putih-putih. Kim Jong Un berpikir pasti tanteu-tanteu montok ini dokter dan setelah berkenalan ternyata mereka bertiga adalah ilmuan. Sesuai dengan lencana yang bertuliskan hurup A yang terpasang di baju mereka masing-masing. Nama mereka juga berinisial A. yaitu Ana, Alvi dan Anita.
Saat itu cuaca memang panas di luar. Kim Jong Un merasa kepanasan terasa seperti di dalam open dan rasa haus tak terelakan lagi. Jadi air minum yang di berikan tanteu-tanteu montok tadi itupun mereka minum. Satu orang satu botol dan air itu habis sekali minum. Setelah air itu habis tiba-tiba kepala mereka terasa pusing dan merekapun tak sadarkan diri. Ketika sadar Kim Jong Un sudah dalam keadaan tangan dan kaki yang terikat mereka terbaring di dalam sebuah laboratorium. Di sekeliling mereka terdapat tabung-tabung berisi organ tubuh manusia dalam sebuah larutan cairan kimia. Kim bangun dia berhasil membebaskan diri keluar dari laboratorium itu dan mencari teman-temannya diruangan lain. Tapi Kim salah masuk ruangan. Dia malah masuk ruangan ketiga ilmuan jahat tadi. Dia mendengar semua apa yang mereka bicarakan. Ternyata mereka bertiga adalah ilmuan jahat yang menjual organ dalam manusia. Dan organ tubuh itu diganti dengan program-program robot  canggih dan akan di jadikan mesin pembunuh. Organ tubuh itu akan di jual kesebuah rumah sakit di luar negeri dan mesin pembunuh itu akan di jual ke sebuah agen intelejen militer rahasia.
Saat itu Kim melihat tanteu Alvi sudah bersiap-siap dengan peralatan bedahnya untuk mengeksekusi Jong dan begitu juga tanteu Anita yang sudah siap untuk mengeksekusi Un. Mereka hanya menuggu tanteu Ana yang sedang menelpon agen intelejen rahasia itu bahwa mesin pembunuh baru bisa di kirim besok pagi dan juga menelepon pihak rumah sakit bahwa organ tubuh itu 2 jam lagi siap di kirim. Kim kaget bahwa nyawa sahabatnya sedang dalam bahaya. Diapun bermaksud keluar dari ruangan itu. Tapi dia ketahuan dia tak sengaja menyenggol pas bunga dan memecahkannya. Kim berhasil keluar dari ruangan tapi ketiga iblis itu mengejarnya. Dan kim sekarang sudah ada di bibir jurang. Tapi tiga wanita itu mendekatinya semakin mendekat-semakin mendekat dan kim akhirnya jatuh kejurang. Karena merasa Kim sudah mati ketiga wanita itupun pergi meninggalkannya.
Kim belum mati. Ketika jatuh tangannya masih sempat memegang akar gantung pohon beringin yang ada di bibir jurang itu. Akar gantung itu panjang menjuntai. Dia berusaha untuk naik keatas jurang namun tak bisa. Rasa lelahpun dirasakan oleh otot-otot di tangannya. Perlahan-lahan cengkeraman kuatnyapun pada akar gantung  itu ia lepaskan. Dalam hatinya ia berkata “maafkan aku kawan-kawan aku tak bisa menolong kalian, dan maafkan juga aku. Karena aku telah berdosa pada kalian. Aku akan mati dengan tenang sedangkan kalian akan hidup tersiksa. Maafkan aku” Diapun menutup matanya dan melepaskan pegangannya itu. Kim merasakan ada sesuatu yang dingin sedingin es memegang tangannya. “Mungkin inikah kematian, mungkin dia malaikat maut yang telah memegang tanganku.” Pikirnya. Diapun penasaran ingin melihat seperti apa rupa dari malaikat maut itu. Kim pun membuka matanya. Diapun melihat tangan malaikat maut yang memegang tangannya tadi . Tapi dia merasa aneh. “Kok malaikat maut pake batu akik ya?. Merah delima lagi.”  Perasaan anehnya bertambah setelah dia mendengar suara malaikat maut itu. “Kok aku kenal suaranya ya? Kayak suara si Anto? Temenku yang udah seminggu gak masuk sekolah”   Suara itu semakin keras. “Woy buruan berat nih” ternyata itu benar suara si Anto teman sekelasnya si penggemar batu akik. Tangan kananya memegang tangan Kim dan tangan kirinya memgang tali. Tapi Kim tidak meraih talinya dia malah melihat bengong wajah anto yang pucat. “Ah kelamaan” ucap Anto sembari melemparkan Kim dengan kekuatan supernya ke atas jurang. “To kenapa lo jadi gini” ucap Kim. Udah ceritanya nanti saja. Jawab Anto sembari membawa lari Kim secepat kilat. Kim pun kaget ”waaa…”
Anto membawa Kim keruangan dimana Jong dan Un berada. Dan ternyata Jong dan Un belum di eksekusi. Setelah melepaskan tali yang mengikat Jong dan Un. Merekapun di bawa lari secepat kilat oleh Anto dan kembali suara itu terdengar dan kali ini lebih banyak suara “waa…waa…waa…”.
Anto membawa Kim Jong Un kepinggir danau di tengah hutan karena ia merasa tempat ini paling aman dan tidak akan terdeteksi oleh mesin pembunuh lain. Disana Antopun menceritakan kisah hidupnya kenapa ia bisa sampai jadi mesin pembunuh. “Aku waktu itu baru pulang dari apotek. Aku membeli obat untuk ibuku yang sakit. Lalu aku naik angkutan umum. Di dalam angkot itu aku duduk behadapan dengan Tanteu Ana, Alvi dan Anita. Aku pikir mereka orang baik. Aku hanya melihat dari wajah dan penampilannya saja. Jadi ketika mereka memberiku minum. Aku minum saja. Karena saat itu aku sangat kehausan. Lalu aku pingsan dan setelah bangun. Aku jadi seperti ini. Tapi aku masih ingat ibuku. Akupun pergi kerumah dan ternyata ibu sudah meninggal. Lalu ilmuan itu memanggilku kembali kesini. Aku tak bisa menolak apalgi melawan. Ketika mereka memerintahku. Tapi aku tahu saat mereka memerintahku hal pertama yang aku rasakan adalah sakit kepala yang teramat sangat. Dan sekarang pergilah kalian karena kalau tidak aku akan membunuh kalian.” Tanpa pikir panjang kim jong un pun lari dan Antopun mengejarnya. Mesin-mesin pembunuh yang lain datang ikut membantu. Mereka ada yang terbaang dan ada yang keluar dari dalam tanah.
Sebelumnya Anto berwasiat bahwa Kim Jong Un harus bersembunyi di dalam gubuk pinggir hutan ini. Karena gubuk ini di lindungi oleh semacam energy gaib sehingga tidak bisa di masuki oleh seseorang atau sesuatu yang bersifat jahat. Anto telah membuat sebuah lorong bawah tanah. Lorong itu menghubungkankan gubuk dan laboratorium. Dimana tidak seorangpun tahu.  Hanya Anto dan tuhan lah yang tahu. Kim Jong Un berhasil masuk kedalam gubuk itu. Mesin pembunuh itu  mencoba masuk namun tak bisa termasuk Anto sendiri. Gubuk itu memang ajaib termasuk orang yang sedang marahpun tidak akan bisa masuk kedalam gubuk itu. “Jika kalian punya jiwa nasionalisme kalian pasti mau melakukan itu, kalian harus menyelamatkan para pemuda harapan bangsa. Masa depan Bangsa ada di tangan kalian” kata-kata itu yang memotivasi Kim Jong Un untuk menghentikan kasus penculikan ini. Dimana sebelumnya mereka hendak pergi dari hutan setelah berhasil lolos.
Karena marahnya para mesin pembunuh itu lalu membakar gubuk itu. Lalu merekapun pergi. Karena mengira Kim Jong Un tidak mungkin selamat. Sementara itu Kim Jong Un telah memasuki lubang yang di buat oleh Anto. Lalu merekapun berjalan memasuki lorong menuju laboratorium terkutuk itu dan sampailah mereka di laboratorium itu. Merekapun masuk kedalam ruang pemrogaman. Dan alangkah kagetnya mereka ternyata tanteu-tanteu montok itu berada di sana. Tidak ada jalan lagi untuk mundur. Setelah berunding, Kim Jong Un memutuskan untuk melawan saja. Kimpun maju dan mengajukan penawaran.
“Dulu aku kalah melawan kalian bertiga, dan aku rasa itu tidak adil. Sekarang kita tiga lawan tiga dan aku rasa itu baru adil. Kalau kami menang kalian hentikan penculikan ini dan menyerahkan diri kalian kepolisi. Kalau kalian yang menang. Kalian boleh menjadikan kami mesin pembunuh. Bagaimana?”
Tanpa di pikir panjang para tanteu itupun menerima penawaran itu karena yakin pasti menang. Kim melawan tanteu Ana, jong melawan tanteu Alvi dan Un melawan tanteu Anita. Tapi mereka salah duga. Kim jong Un ternyata sangat kuat. Ini karena obat yang di berikan Anto sewaktu di hutan. Obat itu seharusnya di minum oleh para tanteu montok itu namun Anto mencurinya. Akhirnya di ronde yang pertama Kim Jong Un pemenangnya. Waktu istirahat sebelum ronde dua dimulai. Para tanteu montok itupun mengatur siasat. Dan akhirnya mereka menemukan cara bagaimana mengalahkan Kim Jong Un. Akhirnya Kim Jong Un kalah. Setelah melihat tanteu Ana berubah menjadi Yaumil tanteu Alvi menjadi Wafa dan tanteu Anita menjadi Aulia. Sebenarnya itu halusinasi mereka akibat cairan zat kimia yang di campurkan pada minuman yang di campurkan pada minuman mereka. Sewaktu mereka beristirahat. Oleh seorang oknum.
Kim jong Un tidak bisa melawan. Mereka  lemah terhadap  orang yang mereka cintai. Tanpa bersusah payah Kim Jong Un berhasil di ikat kembali. Mereka kembali pingsan.

***

    Kim sadar dan  membuka mata dia melihat Anto Jong dan Un, Sedang melepaskan ikatannya. Sembari melepaskan Anto berbicara ”saat kalian memasuki ruang pemrogaman tadi sebenarnya tanpa kalian sadari aku telah mengikuti kalian. Aku takut hal yang tidak di inginkan terjadi. Dan benar saja. Di ruangan itu malah ada 3 tante nakal itu. Saat kalian keluar ruangan untuk bertarung. Aku dengan cepat masuk ruang pemrograman itu. Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memprogram semuanya. Tapi pertarungan kalian berhasil mengalihkan perhatian mereka. Sehingga aku tidak ketahuan. Akupun berhasil memerintah semua mesin pembunuh untuk membantuku meringkus tanteu-tanteu itu. Dan aku berhasil. Aku juga sudah memanggil polisi. Sekarang bantu aku. Diapun lalu mengajak Kim Jong Un kesebuah ruangan yang cukup luas. Lalu diapun memanggil semua mesin pembunuh itu dan menyuruhnya berbaris dengan rapih. “ Nah sekarang ikuti aku” ucap Anto sembari memencet sebuah tombol yang ada di punggung mesin pembunuh Itu. Dan mesin pembunuh itupun mati. Kim Jong Un tidak mengikuti apa yang Anto lakukan. Karena semua mesin pembunuh yang berjumlah 100 itu dengan secepat kilat sudah di matikan oleh Anto. Ternyata Anto hanya pamer kehebatan saja. Itu sebagai tanda salam perpisahan dari Anto untuk Kim Jong Un. “Aku punya 3 permintaan untuk kalian…” belum sempat Anto melanjutkan ucapannya tiba-tiba tercium bau gas dan ternyata itu berasal dari pipa gas yang bocor tepat di belakang Anto sekarang berdiri. Dalam hatinya “bahaya.bisa terjadi ledakan.”  Gaspun dengan cepat memenuhi seisi ruangan. Dan dengan cepat Anto memegang tangan Kim dan Jong dan membawanya keluar. Tapi ia lupa bahwa Un masih di dalam. Antopun kembali lagi kedalam ruangan itu dan tidak lama kemudian terjadilah ledakan itu. “Tidak”  teriak Kim dan Jong mereka merasa Anto dan Un masih didalam. Mereka manangis histeris meratapi nasib diri. Tapi tiba-tiba Un dan Anto sudah ada di belakang mereka “udah tak usah di tangisi masih banyak koq tanteu-tanteu montok di luaran sana” Kim dan Jong berbalik karena merasa mengenal suara itu dan benar itu suara Un. Lalu memeluk Un dan Anto. “Aku gak mau kehilangan kalian, hidupku akan terasa hampa tanpa kalian. Kumohon kali ini jangan pergi lagi” ucap Kim dan Jong yang mengeluarkan kata-kata puitis bergantian. “Lebay lo, ayo pegang tanganku” ucap Anto. Kim Jong Un pun memegang tangan anto dan wush Antopun kembali berlari secepat kilat.
     Dan sampailah mereka di rumah Kim Jong Un yang megah. Lalu Antopun berkata “aku belum sempat mengatakan 3 permintaanku tadi. Ok sekarang waktunya. Pertama aku ingin membawa kalian keluar dari sana. Dan sudah aku lakukan, kedua tolong pencet tombol di punggungku ini agar aku bisa mati dengan tenang dan ketiga makamkan aku dengan layak dan aku ingin di makamkan tepat di samping makam ibuku.”.
Kim jong Un pun mengabulkan 3 permintaan terakhir Anto itu dan bagi mereka Anto adalah Pahlawan. Pahlawan tanpa terima kasih. Karena sampai kematian Antopun mereka bertiga belum sempat mengucapkan terimakasih pada Anto.

TAMAT

Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com

Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com

Jumat, 24 Maret 2017

Grandmaster dari Kampung


Aku suka bermain catur. Tapi aku selau kalah dalam permainan itu. Setelah pulang mengaji dari mesjid atau setelah solat isya aku selalu pergi kerumah temanku. Ya tujuannya untuk bermain catur. Kami selalu bertaruh yang kalah harus mendapat hukuman. Tiap malam hukumannya selalu berbeda. Tapi yang kalah tetap sama yaitu aku. Aku merasa bosan. Kenapa aku kalah mulu. Padahal aku selalu berlatih. Tiap hari minggu aku selalu berlatih dengan ayah. Karena saat itu beliau libur kerja. Dan kadang-kadang aku pergi kerumah kakek di kampung sebelah. Ya walupun harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang cukup jauh. Bahkan harus melewati hutan.  Tapi tidak apa-apa ini demi harga diri.
 Hari itu dirumah Ali temanku, permainan catur dimulai. Kami berjumlah 5 orang. Yaitu aku, Ali, Iman, Marwan dan Dio. Karena papan caturnya cuma ada satu. Jadi kita main bergiliran. Kita baru bisa main setelah ada lawan yang kalah. Sementara yang menang akan terus main melawan penantang selanjutnya. Untuk hukuman bagi yang kalah hari ini adalah meminum air satu gelas setiap kali kalah. Terkadang menunggu giliran itu membosankan karena bermain catur itu biasanya lama. Maka di buatlah peraturan, kita hanya di beri waktu dua detik saja untuk berpikir, jika lebih dari itu hukumannya di tambah, satu langkah yang melebihi waktu artinya satu gelas air. Aku termasuk orang yang berpikir lama. Apalagi ini dalam permainan catur, setiap langkah yang kita ambil harus di pikir dahulu dengan cermat. Aku melakukannya dalam permainan itu, ya walaupun resikonya  kalau kalah aku harus meminum air lebih banyak. Mereka semua merasakan kemenangan kecuali aku. Selama tiga jam permainan tak terhitung berapa gelas air yang sudah aku minum.Waktu sudah  menunjukan pukul sepuluh malam. Akupun pulang seperti sapi gelonggongan. Karena terlalu banyak meminum air. Tapi aku berbesar hati menerima semua kekalahanku itu. Aku selalu berpikir esok pasti akan lebih baik.
Dan tibalah di hari esok. Ali mengumumkan bahwa kali ini hukumannya adalah setiap yang kalah harus rela wajah tampannya di coret pakai sepidol oleh si pemenang. Dan peraturannya tetap sama tidak boleh berpikir lebih dari dua detik. Kami semua menyanggupinya. Permainanpun dimulai dan lagi-lagi aku kalah. Kali ini aku di liputi perasaan marah. Karena aku sudah bosan kalah melulu. Ketika waktu menunjukan pukul 10 malam dan sudah waktunya pulang, aku mengajukan protes dan minta waktunya di tambah sampai pukul 12 malam. Mereka semua menyanggupinya karena besok hari minggu. Dua jam yang menegangkan itupun dimulai. Aku sekuat tenaga berusaha untuk memenangkan pertarungan ini. “Aku harus memanfaatkan betul kesempatan ini” pikirku, dan  jeng.. jeng… aku kalah lagi.
Saat itu tepat pukul 12 malam aku pulang dengan perasaan marah, mataku melotot sepanjang perjalanan. Baju hitam, celana hitam, sarung hitam dan kini wajahkupun hitam. Aku berjalan dalam kegelapan  dan hanya bola mataku saja yang kelihatan. Sebelum pulang aku sempat bercermin dulu di rumah Ali. Aku kaget karena aku tak mengenali wajahku sendiri di cermin itu. Tapi aku tak boleh mencuci muka dulu sebelum sampai dirumah itu peraturannya.
 “Asalamualaikum bu,” akupun memanggil
“ Wa’ alaikum salam” saat itu yang membuka pintu adikku
Saat  pintu di buka adikku menjerit histeris sambil berkata ”setan”  dia mengangapku setan dengan mata melotot dan wajah yang menyeramkan. Suaranya sangat keras. Sampai tetangga yang sudah tidurpun semuanya keluar rumah.
Besoknya setelah solat subuh aku tidur lagi tapi tidak lama kemudian segayung air mendarat di wajahku. Kata ibu aku harus sekolah. Aku merasa bingung hari ini kan hari minggu. Kan sekolah libur. Tapi aku menurut saja. Akupun pergi kesekolah. Sesampainya di sekolah suasana sudah ramai. Dan ternyata kepala sekolah mengadakan perlombaan catur. Dia melakukan seleksi siapa tiga orang yang berhak untuk mewakili sekolah dalam perlomba catur tingkat kecamatan minggu depan. “Semoga saja aku salah satunya” harapku. Akupun mendaftarkan  diri. Dan aku berhasil aku menjadi salah satu dari tiga wakil itu. Dan di sekolah ini aku menjadi juara satu dimana hal itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sementara di tempat  kedua ada Ali  dan Dio di tempat ketiga.
Hari itupun tiba, di kecamatan kita bertarung dengan anak-anak dari sekolah lain. Dimana hanya ada dua orang saja yang berhak melaju di tingkat kabupaten. Sekolah kami sungguh bangga. 3 wakilnya berhasil menjadi juara di perlombaan catur tingkat kecamatan ini. Dan aku kembali menjadi juara satu. Ali di tempat kedua dan Dio di tempat ke tiga.  Namun yang berhak melaju ke tingkat kabupaten hanya dua orang saja. Kamipun melakukan salam perpisahan dengan Dio. “Maafin aku ya, aku sempat ngeremehin kamu” ucap Dio lalu dia memelukku. “gak apa-apa, kamu doain aja semoga di kabupaten kita berhasil dan kembali mengharumkan nama sekolah” ucapku sembari melepaskan pelukkan Dio, karena pelukkannya erat banget sampai aku susah bernapas.
Kami bertarung kembali di kabupaten dan aku kini harus berpisah dengan Ali. Dia gugur. Aku kembali melaju di tingkat provinsi dan lagi-lagi jadi juara satu. Aku kembali jadi juara satu di tingkat Nasional dan juga tingkat Asia, akupun berhak mewakili Indonesia di kejuaraan dunia. Prestasiku itu di tayangkan dalam sebuah acara di televisi . Betapa bangganya hati orang tuaku saat dia menyaksikan acara di tv itu, begitu juga sekolahku dan negara Indonesia. Semuanya bangga padaku. Aku di wawancarai apa rahasianya aku bisa sampai mewakili Indonesia di kancah Dunia. Aku hanya menjawab” rahasianya usaha dan doa” jawabku singkat.
Perlombaan catur tingkat duniapun dimulai dan tinggal selangkah lagi bagiku untuk menyabet gelar grandmaster. Aku sampai di final dan di final ini aku melawan orang Rusia. Dan Aku berhasil menang. Aku jadi juara Dunia. Hari ini aku membuktikan diri bahwa seseorang yang berasal dari kampungpun mampu berbicara banyak dimata dunia. Akulah Alvin Sanjaya Grandmaster dari kampung.
 Aku sangat bahagia, aku tak bisa menahan rasa ini, aku tertawa terbahak-bahak  dengan mulut yang terbuka lebar. Saat itu orang Rusia yang aku kalahkan berjalan menghampiriku dengan membawa bakwan goreng yang sepertinya masih panas. Tak kusangka dia memaksukan gorengan bakwan yang masih panas itu kedalam mulutku yang sedang terbuka lebar. Akupun sontak kaget. Saat aku sedang kepanasan muncul suara dari langit “sudah makan saja!” tapi suaranya mirip suara Dio temanku, dalam pikiranku “Diokan di kampung dia kan gak ikut ke Rusia?”. Lalu orang Rusia itu kembali memasukkan gorengan bakwan yang masih panas itu ke dalam mulutku dan suara Dio itu muncul lagi dan benar saja itu suara Dio dari alam nyata. Ternyata aku hanya mimpi. Semua prestasiku itu, piala, medali, uang, rumah mewah, liburan ke Bali gratis, jalan-jalan keliling dunia geratis, tidur di hotel mewah bintang lima di Jepang saat aku juara catur seasia geratis, dan bonus dari presiden. Juga aku akan kembali mendapat bonus dari presiden plus jaminan hidup jika aku berhasil menjadi juara dunia. Semuanya hanya mimpi. Yang nyata hanyalah gorengan bakwan yang saat ini aku makan.  “Ayo kemon! makan mulu” ucapku pada Dio sambil membawa bola yang aku ambil dari bawah kolong tempat tidurku.


TAMAT


Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com

Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com

Kamis, 23 Maret 2017

Cinta Memang Gila


“Dasar cewek murahan, pokoknya sekarang kita putus” itu isi sms singkatku sesaat setelah aku melihat Devani mantan pacarku pacaran sama om-om di taman. Aku sengaja memutuskannya lewat sms karena bila langsung menemuinya aku tak sanggup. Aku terlalu sakit kalau harus melihat wajahnya. Apalagi menatap matanya. Dulu tatapan mata itu teduh selalu menyejukan hatiku tapi sekarang tatapan itu tidak lebih dari tatapan seorang iblis berwajah malaikat.
Tapi aku kaget setelah menerima balasan sms dari dia. Isi pesannya “kamu bilang aku murahan? sepertinya kebalik deh. Kamu yang murahan. Aku tahu diam-diam kamu selingkuh di belakang aku. Aku sudah tahu semuanya. Selama ini aku menahan rasa sakit ini. Itu semua karena aku sayang sama kamu. Ok kalau itu keputusanmu kita putus. Dasar cowok freek” Aku tak membalas isi pesannya itu. Aku merasa itu tidak penting. Aku merasa dia hanya mencari-cari alasan dengan menuduhku selingkuh. Padahal dia sendiri yang selingkuh.
Hari-hari telah berlalu tapi aku tak dapat melupakannya. Aku mencoba melakukan segala cara untuk bisa lepas dari sihir cintanya. Tapi tetap tak bisa walaupun telah satu bulan lamanya. Dalam waktu satu bulan itu aku telah  mencari pelampiasan. Untuk menghilangkan rasa cintaku yang begitu dalam pada Devani. Dengan bermodalkan wajah yang tampan aku tidak susah untuk dapat pacar baru. Dalam waktu satu bulan itu aku memiliki empat pacar. Dari pacar pertama hingga keempat lama pacarannya hanya seminggu.
Pacarku yang pertama namanya Anita. Dia mengajakku liburan ke pantai dimana pantai itu mengingatkanku akan kenangan dengan Devani dulu. Aku tak sengaja curhat mengenai kenanganku dengan Devani di tempat ini. Aku menceritakan seluruh kelebihan Devani. Aku puji-puji dia. Anita  merasa cemburu dia merasa dirinya tidak ada apa-apanya dibandingkan Devani yang aku ceritakan. Akhirnya kita putus. Pacarku yang kedua namanya Marisa. Dia juga sama mengajakku kepantai ini. Kali ini aku bertekad untuk tidak menceritakan kenanganku dengan Devani. Agar tidak putus seperti waktu itu. Apalagi pacarku yang satu ini orangnya cemburuan banget. Tapi saat berteduh di bawah pohon kelapa. Dia tak sengaja melihat pahatan tulisan. Arya love Devani di pohon kelapa itu. Itu adalah kenangan ku dengan Devani dulu.
“ Sayang nama kamu Arya ya?” tanya Dia
“Iya” jawabku singkat karena saat itu aku sedang mengetik pesan untuk temanku
“ Dan Devani itu mantan pacar kamu ya?”
“Iya”
“Kamu masih sayang sama dia?”
“Iya”
“Sekarang kamu lagi smssan sama dia ya?”
“Iya”
“Ih kamu, dari tadi jawabannya iya, iya mulu aku pergi nih” diapun berdiri dan hendak pergi tapi aku memegang tangannya.
Kini aku duduk bersimpuh di hadapan dia, aku pegang kedua tanganya aku berusaha meyakinkan dia bahwa saat ini yang aku cintai hanya dia, dia seorang. Tapi dia masih belum percaya. Untuk meyakinkan dia aku menyerahkan hp yang aku pakai tadi. Supaya dia tahu aku tidak smssan Dengan Devani. Tapi sialnya. Saat dia memegang hp itu datang sms dari Devani yang isi pesannya “aku sayang kamu Arya”. Seketika setelah membaca pesan itu dia membanting hpku dan pergi meninggalkan aku. Dan kitapun putus. Aku menyadari kesalahanku, sejak saat itu nama Devani dari daftar kontaku aku hapus. Agar tak terjadi lagi salah paham.
Pacarku yang ketiga namanya Sinta, orangnya perhatian banget. Tapi akhirnya kita putus juga. Saat itu aku sedang sakit panas. Dia yang sedang  menungguku tak sengaja mendengar aku mengigau menyebut-nyebut nama Devani. Dan dia juga tak sengaja melihat poto Devani di bawah bantalku saat akan merapikan tempat tidurku.
Saat itu aku baru selesai mandi dan pergi kekamar aku melihat Sinta sudah tidak ada. Aku pikir mungkin dia pulang dulu. Setelah dia menungguku disini selama tiga hari tak pulang-pulang. “Tak perlu di tunggu lagi kini akukan sudah sembuh” ucapku sambil membuka lemari pakaian. Lalu nada sms hpku berbunyi dan itu ternyata dari sinta isi pesannya “kamu masih mencintai Devani, kejarlah dia, aku akan pergi dan lupakan aku!”. Sebelumnya aku tak mengerti apa maksud pesannya itu namun setelah aku melihat poto Devani di lantai aku mengerti.” Eh tunggu dulu bagaimana dia tahu nama mantanku itu Devani” akupun membalik poto itu dan ada tulisannya Devani I Love You From Arya. “oh iya ya” ucapku. Aku menyusul Sinta kerumahnya dan ternyata  tidak ada. Kata ibunya, Sinta pergi keluar kota kerumah neneknya. Akupun bermaksud menyusulnya keluar kota namun hati kecilku berkata “sudahlah bukan jodoh kali”. Akupun pulang kerumah. Kisah cinta kitapun kandas.
Pacarku yang keempat namanya Klara. Dia orangnya sangat pintar, dia menguasai tiga bahasa asing. Bahasa Inggris bahasa Jepang, dan Mandarin. Dia juga mengajariku bahasa asing itu namun aku tak pernah bisa karena sewaktu dia menerangkan aku hanya melihat wajahnya yang cantik. Dari sd sampai sma dia selalu mendapat beasiswa. Bahkan ketika smp dan sma dia bisa lulus lebih cepat dari temannya karena dia masuk kelas akselerasi. Namun karena beasiswa juga akhirnya hubungan kita kandas. Dia mengaku takkan bisa LDRan  meski aku sudah meyakinkannya dia tetap mau putus.
Namun tak kusangka, saat itu  aku sedang menonton tv aku melihat ada  berita tentang kecelakaan pesawat tujuan Jakarta Indonesia-Manchester Inggris. ”Itu bukannya pesawat yang di tumpangi Klara” ucapku sampil memasukan beberapa suap nasi ke mulut karena saat itu aku sedang makan. Lalu berita itu menyebutkan para korban yang tewas dalam kecelakaan pesawat itu. Betapa kagetnya aku bahkan sampai piring yang sedang aku pegangpun jatuh kelantai dan pecah saat pembaca berita itu menyebutkan nama Klara Anisa calon mahasiswa University Of Manchester Inggris. Aku berjalan mendekati tv, pecahan belingpun aku injak tapi aku tak memperdulikan rasa sakitnya. Aku ingin melihat dengan jelas dan benar itu Klara Anisa mantan pacarku potonya terpampang jelas di layar tv.

***
      Hari ini adalah hari pernikahan tanteku aku bersiap-bersiap dengan pakaian serapih mungkin. Dengan harapan di tahun baru ini aku bisa dapat pacar baru.  Aku melihat surat undangan pernikahan tanteku yang terletak di atas meja belajarku. Aku kaget karena di sana tertulis nama Arya Bima dan Devani Melisa. Sama seperti namaku dan nama mantanku Devani. Sejujurnya dalam hatiku aku masih berharap sama Devani. Aku berharap bahwa nama dalam undangan itu benar-benar nama kita, benar-benar kita yang menikah.”Ah tidak mungkin” aku menepis seluruh harapan itu sembari berjalan keluar meninggalkan kamar.
 Saat akan ijab kobul aku kaget bahwa calon mempelai prianya ternyata pacar Devani yang aku lihat di taman dulu. Tapi aku tidak melihat Devani. Tiba-tiba perutku mules akupun keluar dan menuju wc umum di perjalanan aku bertemu Devani yang sepertinya habis dari wc umum. Lalu aku cegat dia. dia berusaha untuk meneruskan langkahnya tapi aku menghalangi jalannya. Akhirnya diapun berhenti.
“ Dev, aku mau minta penjelasan sama kamu, siapa sebenarnya laki-laki yang dulu di taman sama kamu dan sekarang akan menikah dengan tanteku itu” pintaku padanya
“Untuk apa kamu menayakan itu, kitakan sudah gak ada urusan lagi”ucap Devani diapun ingin melanjutkan langkahnya kembali tapi aku tetap menghalanginya.
“Dev, aku mohon” aku memaksa
“Ok aku akan jelasin sama kamu, dia adalah om ku. Seumur hidupnya dia menjomblo. Percaya dirinya itu rendah banget. Aku melihat waktu itu dia mau bunuh diri. Alasannya karena malu karena teman-temannya sudah menikah semua dan sudah mempunyai anak sedangkan dia punya pacar juga belum pernah. Aku berusaha maeyakinkan dia dan membawanya ke taman yang merupakan tempat favoritnya. Sambil berharap aroma dari bunga-bunga di taman itu mampu menenangkan hatinya”
“Oh, aku paham sekarang. Maaf ya aku telah menyebut kamu cewek murahan.” Ucapku dan bermaksud sujud di hadapan dia karena aku berpikir Devani tidak akan memaafkanku. Tapi Devani menghentikanku seraya berkata” jangan, sebelum kamu memintanya aku sudh maafin kamu koq. Sekarang aku mau Tanya sama kamu siapa tante-tante yang selalu aku lihat bersamamu waktu sore hari di taman?”
Aku tidak menjawab pertanyaannya tapi aku membawanya keruang ijab kobul seraya berkata “maksud kamu itu” aku menunjuk tanteku.
“Iya” Devani kaget ternyata orang yang akan menikah dengan omnya adalah wanita yang ia sangka  pacarku selama ini.
“Sini” aku menarik tangan Devani kembali membawanya keluar ruangan itu, akupun menjelaskan “dia itu tanteku, dia itu buta sejak tiga tahun lalu karena sebuah kecelakaan. Dan sejak itupula tak ada laki-laki yang mau padanya, dia selalu sedih dan selalu mengurung diri dikamar. Aku merasa kasihan,dan aku tahu taman adalah tempat favoritnya. Jadi setiap sore aku bawa dia ke taman.”
“Oh, maaf ya! Aku telah menyebutmu cowok freek” ucap Devani
“Gak mau”jawabku enteng
“Oh berarti kamu udah gak sayang lagi sama aku ya?” ucap Devani sambil berlalu
“Devani ,ok, aku akan maafin kamu. Tapi ada syaratnya. Kamu harus naik ke atas panggung, dan kamu bilang kalau kamu cinta sama aku, pakai pengeras suara itu. Ucapku sambil menunjuk kearah microfon yang ada di atas panggung.
tak kusangka Devani melakukannya, dia menuruti ucapanku, dia naik ke atas panggung, dia mengambil microfon dan mengucapkan kata” Arya aku cinta kamu, dan aku tak mau kehilangan kamu” semua para tamu undangan yang hadir menyaksikan itu, mereka semua mendengarnya. Padahal ucapanku pada Devani tadi itu Cuma bercanda. Gila, sungguh gila. Cinta itu memang gila.

TAMAT



Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com

Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com
Topeng Dibalik Wajah Cantiknya


Betapa senang hatiku hari ini ayah membelikanku buku gambar baru, lengkap dengan pensil warna, penghapus dan juga penggarisnya. Aku tahu ayah sangat sayang aku. Tapi aku merasa kasih sayangnya padaku itu terlalu berlebihan. Sejak ibu meninggal setahun yang lalu. Aku sangat dimanjakannya. Semua keinginanku di turutinya.
Sikap ayah padaku itu membuat kakakku cemburu. Ia merasa tidak di perhatikan ayah. Bahkan sudah dua bulan ini kakak tidak pernah bicara dengan ayah dan aku. Setiap pulang sekolah dia selalu mengurung dirinya dikamar dan hanya akan keluar apabila ia merasa lapar saja.
 Suatu hari saat dia pulang sekolah aku merasa heran kali ini sikapnya ramah, dia menyapaku. Aku merasa senang. Apalagi setelah mataku di manjakan oleh kucing lucu berbulu lebat yang saat itu di bawanya. Katanya kucing itu pemberian dari temannya. Sebagai kado ulang tahun kakakku yang  ulang tahunnya tepat hari ini.
“maaf ya kak aku lupa, bahwa hari ini kakak ulang tahun” ucapku pada kakak
“udah gak apa-apa, kakak ngerti koq kamu pasti sibuk” jawab kakakku lembut
“oke begini saja, kakakku yang cantik mau kado apa dari adikmu yang lucu ini? Kalau tak mau jawab tuliskan saja! ” tanyaku sembari menyerahkan buku dan pulpen padanya. Saat itu aku sedang mengerjakan pr.
“kakak tidak minta apa-apa dari kamu, dua hari ini kakak akan mengikuti persami, jadi
kakak hanya ingin kamu menjaga kucing ini saja”  ucap kakakku sambil menyerahkan kucing di pangkuannya padaku.
“ok,kak” ucapku enteng sambil membawa kucing itu kedapur untuk memberinya makan.

****

“dah” ucapku melepas kepergian kakak. Aku merasa sangat sedih. Hari-hariku akan sangat sepi. Setelah di tinggal ayah yang dinas keluar kota, lalu bi Ijah pembantuku yang pulang kampung karena ibunya sakit, sekarang giliran kakakku yang pergi meninggalkanku karena mengikuti persami di sekolahnya. Ah, aku benar-benar sepi, aku kesepian. Tapi hobi menggambarku setidaknya bisa melawan sedikit rasa sepi itu.
 Entah kenapa sejak perginya kakakku perilaku si Keti kucing kakakku itu berubah jadi liar. Setiap malam suara berisik itu selalu terdengar. Suara perabotan rumah yang pecah akibat kucing itu.  Kucing itu selalu berlarian kesana- kemari tak jelas seperti sedang mengejar tikus padahal tak ada tikus sama sekali dirumah ini. Dia juga suka menyerang setiap benda yang bergerak. Termasuk ketika aku menggambar. Dia menggit tanganku yang sedang memegang pensil, aku tidak marah, amarahku baru bangkit setelah tahu selain menggigit tanganku dia juga menginjak gambarku dengan kakinya yang kotor. Amarahku meledak tidak ada ampun lagi, akupun melempar kucing itu keluar rumah padahal saat itu diluar cuaca sedang hujan lebat.
 Pagi yang indah di hari minggu tiba, aku bangun, membereskan tempat tidur lalu mandi. Setelah berpakaian akupun sarapan. Setelah itu aku berniat menggambar ulang hasil karyaku yang di rusak kucing berengsek tadi malam untuk tugas sekolah besok. Saat akan menggambar aku baru ingat si Keti belum di kasih makan tapi saat itu aku belum ingat bahwa si Keti sudah aku lempar keluar semalam. Akupun pergi kedapur. “meng meng meng…meng meng meng…” panggilku. Tapi kucing itu tak muncul juga. Akupun memutuskan untuk menggambar kembali. Dua jam berlalu. Ingatankupun kembali. Aku telah melempar kucing itu semalam. Lalu aku ingat kakakku. Dan karena kucing itu persaudaraan kita bisa kembali rusak.
Tepat jam 10 pagi aku keluar meninggalkan rumah aku mencari si Keti. Setiap rumah di komplek ini aku kunjungi aku menanyakan si Keti. Aku menyebutkan cirri-ciri yang di milikinya tapi tak seorangpun yang melihatnya, keluar dari komplek aku memasuki perkampungan hal yang sama aku lakukan dan sama tak ada yang melihat si Keti. Aku merasa lelah mencarinya tapi rasa bersalahku mendorongku untuk tidak menyerah. Sampai aku tiba di suatu tempat. Aku berada di hutan. Suasana sudah gelap dan aku tidak tahu jalan pulang. Akupun pingsan tak sadarkan diri.
Saat aku membuka mata. Aku sudah berada di rumah sakit. Aku melihat ada ayah yang sudah tertidur menungguku. Ternyata sudah dua hari aku terbaring disini. Kata ayah Aku di temukan pingsan oleh mang uu di hutan dan dia juga yang membawaku kesini. Ayah juga memberi tahuku bahwa kata dokter faktor utama aku pingsan adalah karena aku kelelahan dan dokter juga menemukan ada virus rabies yang sedang menyebar di tubuhku. Virus yang akan terlihat gejalanya setelah 2-3 minggu atau satu tahun. Dan penyebabnya adalah kucing gila milik om ku yang seharusnya di bawa kedokter hewan tapi kakakku malah membawanya kerumah. Aku mulai menaruh rasa curiga pada kakakku dalam pikiranku “untuk apa dia membawa kucing sakit kerumah?”  “ah mungkin dia lupa, atau tak sengaja” akupun menepiskan segala prasangka negatif pada kakakku itu. Karena aku yakin dia telah berubah. “Tenang, om sudah membereskannya” ucap omku sembari memperlihatkan gantungan kunci motornya. Gantungan kunci itu adalah ekor si keti. Ternyata eh ternyata setelah aku lempar keluar malam itu si keti pulang kerumahnya dan omkupun segera membawa si Keti kedokter hewan dan kata dokter itu, penyakit si Keti sudah tak mungkin di sembuhkan jadi dia di binasakan.
Nada sms hpku yang saat itu di pegang ayahku berbunyi dan ternyata itu pesan dari kakakku. Hatiku sangat senang karena aku merindukannya. Aku mengambil hp itu dari tangan ayah, lalu akupun membaca isi pesannya.” Gimana? Sakit? Rasa sakit yang lo alami sekarang gak sebanding dengan penderitaan gue selama ini.” Sontak setelah membaca pesan itu hatikupun hancur. Hancur hatiku, hancur pula kepercayaanku. Aku tak sangka kakak yang aku sayangi selama ini ternyata memakai topeng. Topeng di balik wajah cantiknya. Aku masih tak percaya dia sengaja melakukan itu agar aku mati. Dan kasih sayang ayah kembali padanya seperti dahulu. Betapa marahnya ayah yang juga membaca pesan itu. Tapi marah itu ia tahan. Karena dia sayang sama anaknya. Lalu dia menyuruh kakak untuk pindah sekolah dan tinggal di rumah nenek.

TAMAT



Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com
Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com


Rabu, 22 Maret 2017

Satu-satunya Harapan Ayah



 “Huahm… aduh sudah jam tujuh nih. Gak biasanya aku bangun jam segini. Untung hari ini hari minggu. ”Ucap Diana sembari membereskan tempat tidurnya. “Eumzz… ini semua karena si jago lupa bangunin aku”  Dianapun pergi ke dapur , memasukkan dedak  kedalam baskom lalu menyeduhnya dengan air dingin. “Maaf ya jago hari ini tidak ada dedak hangat!  karena salah kamu sendiri sich lupa bangunin aku. Kamu pasti masih tidur sekarang. Pasti semalam kamu begadang nonton bola sama ayah.” Diana pun pergi kekandang ayam yang berada di belakang rumahnya. “Maaf ya jago aku nyeduh dedaknya gak seperti biasanya. Karena kalau pakai air panas. Lama nunggu dinginnya. Dan aku tahu perut kamu gak akan bisa nunggu lagi.” Dianapun memasukkan baskom berisi dedak itu kedalam kandang. Si jago biasanya berontak kalau mau di lepaskan dari kandang. Itu tandanya dia sudah kenyang dan juga akan berkokok beberapa kali.                                               
Memanfaatkan waktu, Sembari menuggu,  Dianapun membaca komik horor kesukaannya.
Dilihatnya jam tangan, waktu sudah menunjukan pukul 08.00. Itu artinya sudah hampir sejam dia menunggu. Tapi si jago tidak juga menunjukkan kalau ia ingin di lepaskan. Dilihatnya dedak di baskom itu masih utuh dan alangkah kagetnya Diana. Ternyata si jago sudah mati. Rasa takut menghampiri Diana. Dia takut  ayahnya yang pemarah dan ringan tangan itu akan menghukumnya. Setelah tahu ayam kesayangannya mati. Diana jadi gelagapan diapun menguburkan si jago tepat di samping kandangnya. “Semoga ayah tidak tahu!” Diana menyimpan harapan. Dan ia juga menyiapkan kebohongan yang akan dia katakan apabila ayahnya pulang dari kebun magrib nanti. Tetapi tidak lama kemudian ayahnya pulang dengan di bopong dua orang karena tak bisa berjalan. Kaki ayahnya kecangkul. Sewaktu mencangkul di kebun tadi. Diana melihat luka ayahnya itu, dia merasa kasihan meski hatinya masih di penuhi rasa marah pada ayahnya. Karena baginya kematian ibundanya setahun yang lalu itu gara-gara ayahnya.
Setelah membalut luka ayahnya diapun meninggalkan ayahnya itu di ruang tamu. Diana lalu menonton Tv sembari menyembunyikan wajah bersalahnya. ”Diana-diana, ambilkan ayah minum.” Ayahnya memanggil sampai beberapa kali tapi Diana tak menyahut karena dia keasyikan menonton tv. Akhirnya ayahnya memaksakan diri untuk mengambil air minum sendiri. Diana tak menyadari kalau  ayahnya sudah berada di dapur, dia baru sadar setelah mendengar suara gelas pecah di dapur. Pecahan gelas itu langsung menggores tangan ayahnya  dan memutus urat nadinya. Diana hanya bisa menangis melihat ayahnya tergeletak tak bedaya dengan luka di tangan dan kakinya. Diana menjerit histeris sampai orang-orang kampung mendatangi rumahnya. Merekapun membawa ayah Diana itu kerumah sakit. Tidak bisa di bohongi bahwa Diana sangat sayang sama ayahnya. Diapun Bertekad untuk bicara sejujurnya tentang kematian si jago.
 Malam telah larut Diana yang duduk menunggu ayahnya akhirnya tertidur. Dan iapun memimpikan kenangan buruk yang menimpanya setahun yang lalu. Dia melihat ayah dan ibunya bertengkar, dia mengintip dari balik pintu kamarnya. Dia juga melihat saat ayahnya menampar ibunya beberapa kali, sampai ibunya lari karena tak tahan. Ayahnya mengejar Dan akhirnya ibunya itu tertabrak motor berkecepatan tinggi.”ibu” Dianapun tersadar. Dan dia melihat ayahnya sudah siuman. Dianapun menceritakan tentang kematian si jago.
“Ayah boleh menghukumku apa saja” ucap Diana sambil memegang tangan kiri ayahnya dan mengarahkannya kewajahnya. Tapi ayahnya itu malah mengusap lembut wajah putri kecilnya itu seraya berkata”ayah tidak akan menghukum kamu Diana, biarlah ayah kehilangan si jago asal ayah jangan kehilangan kamu. Sejak peristiwa setahun yang lalu itu ayah menyadari semua kesalahan ayah. Dan Saat ini, di dunia ini, yang ayah punya hanya kamu, kamulah satu-satunya harapan ayah.”
“Aku sayang ayah” ucap Diana sembari memeluk ayahnya.

TAMAT


Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com

Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com
Toilet yang Berbahaya



Rasa cemas, gelisah, was-was dan takut itu yang menghampiri gue jika menumpang BAB di rumah orang lain. Rasa tak enak hati mungkin itu yang menjadi faktor utamanya. Ya karena boker gue lama. Sebenarnya sich cuma 5 menit, tapi karena ada gadget jadi 55 menit. Makannya gue lebih memilih toilet umum. Ya walaupun bayar yang penting hati gue tenang. Atau  di empang. Sekalian bagi-bagi rejeki sama ikan. Kan jadi pahala juga. Sedekah.
“hey bro kemana aja lo?”
“Mulut lo bau kaya toilet.”
“ Ah hidung lo aja deket sama mulut.”
” Bisa aja lo.”
 Itu percakapan yang selalu gue mulai dengan diki sebelum menjalani hari. Iya Diki itu sahabat sejati banget buat gue. Dia selalu ada di saat gue sedih ataupun bahagia. Tapi saat-saat seperti itu akan gue rindukan karena setelah lulus smp ini Diki akan pergi ke Balikpapan karena ayahnya di pindah tugaskan kesana.
Gue  adalah orang yang mudah penasaran, banyak sudah kasus yang gue pecahkan. Baik di sekolah ataupun dilingkungan tempat tinggal gue. Kali ini gue bertekad dalam hati gue untuk memecahkan kembali sebuah misteri, ini adalah misteri sekaligus misi terakhir gue di sekolah ini, dan juga sebagai salam perpisahan dengan sekolah ini. Untuk misi terakhir ini gue ajak Diki. Karena gue sedikit takut, karena ini menyangkut hantu. Gue dan diki memang penakut sama-sama takut hantu. Tapi gue berusaha memotivasi diri gue untuk melawan rasa takut itu, karena kalau tidak di lawan rasa takut itu akan menghantui seumur hidup. Dan inilah saatnya, kalau bukan sekarang kapan lagi.
Gue juga memotivasi Diki, tetapi tak semudah yang gue kira. Tapi beberapa mangkuk bakso geratis akhirnya mampu meyakinkan hatinya. Setelah Diki menghabiskan baksonya guepun mengajak dia menuju ke toilet angker di sudut sekolah. Kami berjalan menuju toilet itu.dan sekarang kami sudah bisa memandangnya, lalu aroma bunga melatipun mulia tercium. Persis seperti di film-film yang biasa kami tonton berdua di rumah. Ya walaupun saat menonton mata kami di tutup pakai sarung. Di film itu kalau tercium aroma bunga mawar itu tandanya hadirnya pocong, dan kalau tercium aroma melati itu tanda hadirnya kuntilanak. Itu kalau jarak kita sama hantu jauh. Tapi kalau sudah dekat wangi itu aku akan berubah menjadi bau busuk yang teramat sangat.
“Kuntilanak” ucap kami berbarengan, sepertinya kami memikirkan hal yang sama. Gue tahu Diki akan melarikan diri makanya gue pegang tangannya. Semakin dekat dengan toilet itu semakin terasa berat langkah kami. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh kami, wajah pucat pasi terpancar dari wajah kami. Dan akhirnya Diki pingsan, karena tak tahan dengan bau dari toilet itu. Bau yang telah menggantikan aroma melati  yang sedari tadi menemani perjalan kami. Gue juga mau muntah. Tapi bukan karena bau busuk dari toilet itu tapi karena gue melihat muntah Diki. Dia muntah dulu sebelum akhirnya jatuh pingsan. Gue tinggalkan diki gue fokus dengan toilet itu. Gue tatap tajam toilet itu. tapi perasaan bersalah gue sama Diki muncul. Akhirnya gue berbalik kebelakang. Tapi alangkah kagetnya gue, Diki tidak ada. Perasaan takut gue bertambah, gue berpikir bahwa diki di bawa hantu. Gue gak percaya sejauh ini, ini persis seperti adegan dalam film kuntilanak yang gue tonton. Pertama bau melati, lalu berubah menjadi bau busuk. Dan teman dari tokoh utama itupun sama di bawa hantu. Cuma bedanya di film tidak ada adegan muntahnya.
Tapi perjalanan harus tetap di lanjutkan. Karena tidak  bisa di buka. Akhirnya gue dobrak pintu toilet itu Gue berhasil masuk kedalam. Dan setelah itu gue  tidak ingat apa-apa lagi. bau aroma melati, bau aroma masakan dan bau asem telah merasuk kedalam hidung gue, lalu terbukalah kedua mata ini. Guepun melihat ada bu Mirna, ibu kantin, dan Diki yang telah sadar dari pingsannya.
Bau aroma melati adalah bau bu Mirna dan ternyata dia juga yang telah mengikuti gue dan Diki sewaktu menuju toilet tadi. Dia mengikuti kami bersama tiga anak PMR  dan membawa Diki yang pingsan tadi . Mereka juga sudah memanggil gue untuk menjauhi toilet itu tapi entah kenapa saat itu gue tak mendengar panggilan mereka. Jadi itu bukan bau kuntilanak dan Diki tidak dibawa hantu. Akupun paham.
 Bau masakan adalah bau ibu kantin, dia coba mengejar kami karena gue belum bayar baksonya. Dan bau asem adalah bau Diki, dia belum mandi. Dia telat datang kesekolah , jadi dia tidak sempat mandi. Dia juga tidak sempat sarapan, makannya ketika aku traktir bakso tadi makannya lahap banget kaya orang kesurupan.
Di perjalanan pulang kami kembali menemui toilet itu. Ternyata toilet itu sedang di perbaiki. sekarang. Klosetnya yang sudah rusak diganti dan di belakang toilet kami melihat sebuah mobil sedang menyedot  tinja dari septic tank. Agar tak ada korban selanjutnya seperti Gue dan Diki. Karen gas yang keluar dari kloset itu sangat teramat berbahaya. Itu adalah gas metana.
“Dik, seandainya gue tewas di dalam toilet itu dan gak  ada yang nemuin jasad gue mungkin saja gue yang jadi hantunya” canda gue pada Diki sembari berjalan pulang meninggalkan sekolah.

TAMAT


Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com
Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com


Selasa, 21 Maret 2017

Aku Sayang Kamu



Perjuangan seorang anak berumur sebelas tahun dalam mengarungi pahit getirnya kehidupan. Berbagai macam halangan dan rintangan telah ia lalui., rasa lelah, letih, lesu, lunglai dan bahkan  sampai harus terluka, dan berdarah-darah. Tapi mungkin kini dia telah mengalami titik jenuh dalam hidupnya. Perasaan takut itu tak terelakan lagi, jantungnya berdegup sangat kencang, napasnya tak beraturan,yang hanya bisa dia lakukan saat ini hanya menghindar, berlari sejauh mungkin, karena kini dia sedang di kejar oleh pak ustad karena ketahuan nyolong sandal di mesjid.
Dalam pelarian Andi tak fokus melihat kedepan, dia selalu menengok kebelakang. Karena itu kepalanya benjol-benjol akibat kejedot tembok dan pohon beberapa kali. Rasa takut Andi tak terelakan lagi. Karena pak ustad larinya semakin kencang, bahkan 100 kali lipat lebih kencang dari yang sebelumnya. Begitu kagetnya Andi, pak ustad yang tadi tertinggal jauh di belakangnya, kini hanya beberapa centi saja dari punggungnya.”Mungkin pak ustad pakai NOS kali ya? Larinya cepet buanget” ucap Andi dalam hatinya. Diapun menambah kecepatan larinya namun apalah daya pak ustad lebih cepat darinya. Bahkan pak ustad berhasil menginjak sandal kiri Andi dari belakang sampai putus.”kita sudah putus, jadi tak ada urusan lagi diantara kita.”  ucap Andi seraya meninggalkan sandal yang mungkin terluka hatinya karena  telah di tinggal tanpa alasan. “Salahku apa? Selama ini aku setia kok sama kamu.” Mungkin itu yang akan di ucapkan si sandal bilakah ia mampu berbicara.

****

 Andi heran kenapa pak ustad tidak menangkapnya ketika sudah sangat dekat dengannya tapi pak ustad malah melewatinya. Ternyata eh ternyata, pak ustad di kejar anjing galak. Sewaktu mengejar Andi tadi tak sengaja kakinya tersandung rantai anjing, rantai itupun putus lalu anjing galak itupun mengejarnya. Betapa senangnya hati Andi bak mendapat durian runtuh setelah lepas dari kejaran pa ustad. Tapi ia lengah, karena kelengahannya itulah kini dia mendapat petaka kembali, andi sibuk menunduk melihat betapa bagusnya sandal yang telah di curinya itu, belum pernah ia melihat sandal yang sebagus itu dan yang serupa dengannya, mungkin ini keluaran terbaru kali ya pikirnya. Andi merasa sangat kagum. Dia memeluk erat sandal itu, dan tak ingin melepasnya. Sepertinya rasa cinta  telah memenuhi relung kalbunya, dan kisah cinta beda alam itu hanya berlangsung beberapa detik saja. Karena hadirnya orang ke tiga. Dia adalah selokan. Seketika Andi masuk dalam dekapan selokan itu seketika itu juga ia melepaskan pelukkan eratnya terhadap si Sandal. Sisandalpun pergi jauh dengan luka di hatinya. Andi tak dapat mengejarnya, iapun hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi. Namun ia sadar bahwa semua itu tiada arti. Andi lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya lalu berkata” mungkin bukan jodoh kali.”

******
 Sementara itu perjuangan pak ustad belum berakhir, langkahnya belumlah terhenti. Apalagi setelah sangat dekat dengan target yang di burunya. Setelah seminggu ini dia berusaha menyelidiki siapakah buronan yang selama ini meresahkan warga itu. Pak ustad merasa terpanggil untuk memecahkan kasus ini. Karena ini  menyangkut urusan dunia dan akhirat. Karena  ketika solat di mesjid solat mereka jadi tidak khusyu, tidak fokus karena hatinya selalu tertuju pada sandal. Warga komplek perumahan elit ini.memang terkenal dengan gengsinya yang tinggi. Termasuk dalam urusan sandal. Tak ada satu wargapun yang tak memakai sandal bermerek. Atau sandal-sandal yang ada di warung-warung pinggir jalan yang kata mereka murahan. Hal ini  sangat menguntungkan si maling bin buronan bin penjahat itu. Karena tidak perlu lama-lama memilih atau memilah karena semua sandalnya bagus. Akhirnya mesjidpun lama-lama sepi pengunjung. Karena warga lebih memilih solat di rumah daripada berjamaah di mesjid dengan alasan lebih khusuk solat dirumah katanya.
Pak ustad masih mencari Andi meski dia tanpa alas kaki. Sandal yang di curi Andi itu adalah sandal miliknya. Meski perih dia rasa dan sakit yang bukan main. Karena selama pengejaran tadi dia telah menginjak paku, duri dan beling. Tak terhitung berapa banyak paku, duri dan beling yang telah ia injak, tapi yang paling sakit baginya adalah yang di gigit anjing tadi.
 Pak ustad melihat Andi yang telah menepi di pinggir selokan, seketika itu masa mudanya bangkit, energinya kembali, rasa sakit dan lelah itu tiada lagi. Namun Andi juga menyadari itu, diapun berlari kembali. Pak ustad berhasil menangkap Andi. Tapi dia kaget ada perempuan setengah baya sedang terbaring lemah tepat di hadapan dia dan Andi saat ini berdiri. Ya dia adalah ibunya Andi. Yang telah setahun ini mengidap penyakit TBC. Andipun menjelaskan bahwa ibunya begini sejak ayahnya meninggal sekitar setahun yang lalu.
“Hidup kami sudah susah pak, sejak ayah masih adapun, apalagi sejak beliau meninggal. Sejak itu pula saya putus sekolah. Ya karena tak mampu bayar saya juga harus merawat ibu saya. Saya menjadi pencopet, maling ayam, ngutil di warung, sampai saya nyolong sandal di mesjid. Itu semua saya lakukan yang penting ibu saya bisa makan dan minum obat. Walaupun nyawa saya taruhannya. Saya rela melakukan apapun demi ibu saya. Saya sayang sama dia, saya sangat sayang ibu saya, hanya dia orang yang saya punya di dunia ini. Tapi kini saya sadar, perbuatan yang saya lakukan ini salah walaupun tujuannya benar. Sekarang semua rahasia yang saya sembunyikan selama ini dari ibu saya sudah terbongkar, bahwa saya ini sebenarnya penjahat. Bapak boleh tangkap saya sekarang, asal bapak berjanji bapak mau merawat ibu saya sampai sembuh.” Ucap Andi panjang lebar. Diapun menyerahkan kedua tangannya untuk di borgol.
Berlinangan air mata pak ustad saat Andi berucap tadi. Teringat akan ibunya yang telah tiada dua tahun yang lalu. Tak sempat ia berbakti karena terlalu sibuk bekeja di luar kota. Dan tak tahu juga bahwa ibunya mengidap kanker hati kronis. Yang ia tahu ibunya baik-baik saja di kampung halaman. Ia jarang sekali pulang untuk  mengunjungi ibunya. Dalam setahun hanya libur hari raya idul fitri saja dia pulang kekampung halaman. Dalam pikirannya dengan  mengirim ibunya uang setiap bulan itu sudah cukup untuk  membuat ibunya senang, membuat ibunya bahagia. Tapi uang bukan segalanya, tidak semua hal di dunia ini dapat di beli dengan uang. Seperti kebahagaiaan dan rasa sepi yang di rasakan ibunya.”Ibu tidak butuh uang nak, saat ini ibu hanya butuh kamu. Pulanglah nak, ibu sangat rindu dengan kamu, ibu sudah memasak makanan kesukaan kamu. Kita habiskan waktu walau hanya semalam.” Itu ucapan terakhir ibunya sebelum ajal menjemputnya. Dia di temukan meninggal di meja makan oleh pembantunya. “Kenapa ibu tak pernah cerita?  Dedi sayang sama ibu.”  Ucapan terakhirnya di batu nisan ibunda tercinta.
Tersadar dari kenangan masa lalunya ustad sekaligus polisi inipun berkata
“Bapak tak akan menangkap kamu. Penjara anak di Tangerang, bukan tempat yang cocok buat anak baik seperti kamu, bapa bangga sama kamu.” Seraya memegang pundak Andi. “Bapa akan menanggung semua perawatan ibu kamu, dan bapa juga yang akan membiayai sekolah kamu. Kamu harus sekolah lagi biar kamu bisa jadi orang sukses. Setelah sukses kamu bisa bahagiain ibu kamu. Dan ingat pesan bapak sesibuk apapun kamu jangan sampai melupakan ibu kamu, jangan pernah biarkan dia sendiri dimasa tuanya, selalu ada buat dia dan selalu bahagiain dia. Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.” Ujar pak ustad. Rona bahagia terpancar dari wajah Andi dan ibunya. Andipun memeluk ibunya seraya berkata “aku sayang kamu ibu”

****

“Ibu selama engkau hidup aku tak pernah bisa membuatmu bahagia, apalagi membalas jasamu yang begitu besarnya padaku, tapi ibu semoga hal ini bisa membuatmu bahagia atau paling tidak memunculkan lengkung indah di bawah hidungmu, senyuman indah yang selalu kurindukan itu. Ibu aku sayang kamu.” Ucap Pak ustad sebelum akhirnya ia pingsan karena kehilangan banyak darah.

TAMAT


Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com

Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.co.id