Rabu, 22 Maret 2017

Satu-satunya Harapan Ayah



 “Huahm… aduh sudah jam tujuh nih. Gak biasanya aku bangun jam segini. Untung hari ini hari minggu. ”Ucap Diana sembari membereskan tempat tidurnya. “Eumzz… ini semua karena si jago lupa bangunin aku”  Dianapun pergi ke dapur , memasukkan dedak  kedalam baskom lalu menyeduhnya dengan air dingin. “Maaf ya jago hari ini tidak ada dedak hangat!  karena salah kamu sendiri sich lupa bangunin aku. Kamu pasti masih tidur sekarang. Pasti semalam kamu begadang nonton bola sama ayah.” Diana pun pergi kekandang ayam yang berada di belakang rumahnya. “Maaf ya jago aku nyeduh dedaknya gak seperti biasanya. Karena kalau pakai air panas. Lama nunggu dinginnya. Dan aku tahu perut kamu gak akan bisa nunggu lagi.” Dianapun memasukkan baskom berisi dedak itu kedalam kandang. Si jago biasanya berontak kalau mau di lepaskan dari kandang. Itu tandanya dia sudah kenyang dan juga akan berkokok beberapa kali.                                               
Memanfaatkan waktu, Sembari menuggu,  Dianapun membaca komik horor kesukaannya.
Dilihatnya jam tangan, waktu sudah menunjukan pukul 08.00. Itu artinya sudah hampir sejam dia menunggu. Tapi si jago tidak juga menunjukkan kalau ia ingin di lepaskan. Dilihatnya dedak di baskom itu masih utuh dan alangkah kagetnya Diana. Ternyata si jago sudah mati. Rasa takut menghampiri Diana. Dia takut  ayahnya yang pemarah dan ringan tangan itu akan menghukumnya. Setelah tahu ayam kesayangannya mati. Diana jadi gelagapan diapun menguburkan si jago tepat di samping kandangnya. “Semoga ayah tidak tahu!” Diana menyimpan harapan. Dan ia juga menyiapkan kebohongan yang akan dia katakan apabila ayahnya pulang dari kebun magrib nanti. Tetapi tidak lama kemudian ayahnya pulang dengan di bopong dua orang karena tak bisa berjalan. Kaki ayahnya kecangkul. Sewaktu mencangkul di kebun tadi. Diana melihat luka ayahnya itu, dia merasa kasihan meski hatinya masih di penuhi rasa marah pada ayahnya. Karena baginya kematian ibundanya setahun yang lalu itu gara-gara ayahnya.
Setelah membalut luka ayahnya diapun meninggalkan ayahnya itu di ruang tamu. Diana lalu menonton Tv sembari menyembunyikan wajah bersalahnya. ”Diana-diana, ambilkan ayah minum.” Ayahnya memanggil sampai beberapa kali tapi Diana tak menyahut karena dia keasyikan menonton tv. Akhirnya ayahnya memaksakan diri untuk mengambil air minum sendiri. Diana tak menyadari kalau  ayahnya sudah berada di dapur, dia baru sadar setelah mendengar suara gelas pecah di dapur. Pecahan gelas itu langsung menggores tangan ayahnya  dan memutus urat nadinya. Diana hanya bisa menangis melihat ayahnya tergeletak tak bedaya dengan luka di tangan dan kakinya. Diana menjerit histeris sampai orang-orang kampung mendatangi rumahnya. Merekapun membawa ayah Diana itu kerumah sakit. Tidak bisa di bohongi bahwa Diana sangat sayang sama ayahnya. Diapun Bertekad untuk bicara sejujurnya tentang kematian si jago.
 Malam telah larut Diana yang duduk menunggu ayahnya akhirnya tertidur. Dan iapun memimpikan kenangan buruk yang menimpanya setahun yang lalu. Dia melihat ayah dan ibunya bertengkar, dia mengintip dari balik pintu kamarnya. Dia juga melihat saat ayahnya menampar ibunya beberapa kali, sampai ibunya lari karena tak tahan. Ayahnya mengejar Dan akhirnya ibunya itu tertabrak motor berkecepatan tinggi.”ibu” Dianapun tersadar. Dan dia melihat ayahnya sudah siuman. Dianapun menceritakan tentang kematian si jago.
“Ayah boleh menghukumku apa saja” ucap Diana sambil memegang tangan kiri ayahnya dan mengarahkannya kewajahnya. Tapi ayahnya itu malah mengusap lembut wajah putri kecilnya itu seraya berkata”ayah tidak akan menghukum kamu Diana, biarlah ayah kehilangan si jago asal ayah jangan kehilangan kamu. Sejak peristiwa setahun yang lalu itu ayah menyadari semua kesalahan ayah. Dan Saat ini, di dunia ini, yang ayah punya hanya kamu, kamulah satu-satunya harapan ayah.”
“Aku sayang ayah” ucap Diana sembari memeluk ayahnya.

TAMAT


Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com

Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar