Rabu, 22 Maret 2017

Toilet yang Berbahaya



Rasa cemas, gelisah, was-was dan takut itu yang menghampiri gue jika menumpang BAB di rumah orang lain. Rasa tak enak hati mungkin itu yang menjadi faktor utamanya. Ya karena boker gue lama. Sebenarnya sich cuma 5 menit, tapi karena ada gadget jadi 55 menit. Makannya gue lebih memilih toilet umum. Ya walaupun bayar yang penting hati gue tenang. Atau  di empang. Sekalian bagi-bagi rejeki sama ikan. Kan jadi pahala juga. Sedekah.
“hey bro kemana aja lo?”
“Mulut lo bau kaya toilet.”
“ Ah hidung lo aja deket sama mulut.”
” Bisa aja lo.”
 Itu percakapan yang selalu gue mulai dengan diki sebelum menjalani hari. Iya Diki itu sahabat sejati banget buat gue. Dia selalu ada di saat gue sedih ataupun bahagia. Tapi saat-saat seperti itu akan gue rindukan karena setelah lulus smp ini Diki akan pergi ke Balikpapan karena ayahnya di pindah tugaskan kesana.
Gue  adalah orang yang mudah penasaran, banyak sudah kasus yang gue pecahkan. Baik di sekolah ataupun dilingkungan tempat tinggal gue. Kali ini gue bertekad dalam hati gue untuk memecahkan kembali sebuah misteri, ini adalah misteri sekaligus misi terakhir gue di sekolah ini, dan juga sebagai salam perpisahan dengan sekolah ini. Untuk misi terakhir ini gue ajak Diki. Karena gue sedikit takut, karena ini menyangkut hantu. Gue dan diki memang penakut sama-sama takut hantu. Tapi gue berusaha memotivasi diri gue untuk melawan rasa takut itu, karena kalau tidak di lawan rasa takut itu akan menghantui seumur hidup. Dan inilah saatnya, kalau bukan sekarang kapan lagi.
Gue juga memotivasi Diki, tetapi tak semudah yang gue kira. Tapi beberapa mangkuk bakso geratis akhirnya mampu meyakinkan hatinya. Setelah Diki menghabiskan baksonya guepun mengajak dia menuju ke toilet angker di sudut sekolah. Kami berjalan menuju toilet itu.dan sekarang kami sudah bisa memandangnya, lalu aroma bunga melatipun mulia tercium. Persis seperti di film-film yang biasa kami tonton berdua di rumah. Ya walaupun saat menonton mata kami di tutup pakai sarung. Di film itu kalau tercium aroma bunga mawar itu tandanya hadirnya pocong, dan kalau tercium aroma melati itu tanda hadirnya kuntilanak. Itu kalau jarak kita sama hantu jauh. Tapi kalau sudah dekat wangi itu aku akan berubah menjadi bau busuk yang teramat sangat.
“Kuntilanak” ucap kami berbarengan, sepertinya kami memikirkan hal yang sama. Gue tahu Diki akan melarikan diri makanya gue pegang tangannya. Semakin dekat dengan toilet itu semakin terasa berat langkah kami. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh kami, wajah pucat pasi terpancar dari wajah kami. Dan akhirnya Diki pingsan, karena tak tahan dengan bau dari toilet itu. Bau yang telah menggantikan aroma melati  yang sedari tadi menemani perjalan kami. Gue juga mau muntah. Tapi bukan karena bau busuk dari toilet itu tapi karena gue melihat muntah Diki. Dia muntah dulu sebelum akhirnya jatuh pingsan. Gue tinggalkan diki gue fokus dengan toilet itu. Gue tatap tajam toilet itu. tapi perasaan bersalah gue sama Diki muncul. Akhirnya gue berbalik kebelakang. Tapi alangkah kagetnya gue, Diki tidak ada. Perasaan takut gue bertambah, gue berpikir bahwa diki di bawa hantu. Gue gak percaya sejauh ini, ini persis seperti adegan dalam film kuntilanak yang gue tonton. Pertama bau melati, lalu berubah menjadi bau busuk. Dan teman dari tokoh utama itupun sama di bawa hantu. Cuma bedanya di film tidak ada adegan muntahnya.
Tapi perjalanan harus tetap di lanjutkan. Karena tidak  bisa di buka. Akhirnya gue dobrak pintu toilet itu Gue berhasil masuk kedalam. Dan setelah itu gue  tidak ingat apa-apa lagi. bau aroma melati, bau aroma masakan dan bau asem telah merasuk kedalam hidung gue, lalu terbukalah kedua mata ini. Guepun melihat ada bu Mirna, ibu kantin, dan Diki yang telah sadar dari pingsannya.
Bau aroma melati adalah bau bu Mirna dan ternyata dia juga yang telah mengikuti gue dan Diki sewaktu menuju toilet tadi. Dia mengikuti kami bersama tiga anak PMR  dan membawa Diki yang pingsan tadi . Mereka juga sudah memanggil gue untuk menjauhi toilet itu tapi entah kenapa saat itu gue tak mendengar panggilan mereka. Jadi itu bukan bau kuntilanak dan Diki tidak dibawa hantu. Akupun paham.
 Bau masakan adalah bau ibu kantin, dia coba mengejar kami karena gue belum bayar baksonya. Dan bau asem adalah bau Diki, dia belum mandi. Dia telat datang kesekolah , jadi dia tidak sempat mandi. Dia juga tidak sempat sarapan, makannya ketika aku traktir bakso tadi makannya lahap banget kaya orang kesurupan.
Di perjalanan pulang kami kembali menemui toilet itu. Ternyata toilet itu sedang di perbaiki. sekarang. Klosetnya yang sudah rusak diganti dan di belakang toilet kami melihat sebuah mobil sedang menyedot  tinja dari septic tank. Agar tak ada korban selanjutnya seperti Gue dan Diki. Karen gas yang keluar dari kloset itu sangat teramat berbahaya. Itu adalah gas metana.
“Dik, seandainya gue tewas di dalam toilet itu dan gak  ada yang nemuin jasad gue mungkin saja gue yang jadi hantunya” canda gue pada Diki sembari berjalan pulang meninggalkan sekolah.

TAMAT


Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com
Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar