Aku Sayang Kamu
Perjuangan seorang anak berumur
sebelas tahun dalam mengarungi pahit getirnya kehidupan. Berbagai macam halangan
dan rintangan telah ia lalui., rasa lelah, letih, lesu, lunglai dan bahkan sampai harus terluka, dan berdarah-darah. Tapi
mungkin kini dia telah mengalami titik jenuh dalam hidupnya. Perasaan takut itu
tak terelakan lagi, jantungnya berdegup sangat kencang, napasnya tak
beraturan,yang hanya bisa dia lakukan saat ini hanya menghindar, berlari sejauh
mungkin, karena kini dia sedang di kejar oleh pak ustad karena ketahuan nyolong
sandal di mesjid.
Dalam pelarian Andi tak fokus
melihat kedepan, dia selalu menengok kebelakang. Karena itu kepalanya
benjol-benjol akibat kejedot tembok dan pohon beberapa kali. Rasa takut Andi
tak terelakan lagi. Karena pak ustad larinya semakin kencang, bahkan 100 kali
lipat lebih kencang dari yang sebelumnya. Begitu kagetnya Andi, pak ustad yang
tadi tertinggal jauh di belakangnya, kini hanya beberapa centi saja dari
punggungnya.”Mungkin pak ustad pakai NOS kali ya? Larinya cepet buanget” ucap
Andi dalam hatinya. Diapun menambah kecepatan larinya namun apalah daya pak
ustad lebih cepat darinya. Bahkan pak ustad berhasil menginjak sandal kiri Andi
dari belakang sampai putus.”kita sudah putus, jadi tak ada urusan lagi diantara
kita.” ucap Andi seraya meninggalkan
sandal yang mungkin terluka hatinya karena
telah di tinggal tanpa alasan. “Salahku apa? Selama ini aku setia kok
sama kamu.” Mungkin itu yang akan di ucapkan si sandal bilakah ia mampu
berbicara.
****
Andi heran kenapa pak ustad tidak menangkapnya
ketika sudah sangat dekat dengannya tapi pak ustad malah melewatinya. Ternyata
eh ternyata, pak ustad di kejar anjing galak. Sewaktu mengejar Andi tadi tak
sengaja kakinya tersandung rantai anjing, rantai itupun putus lalu anjing galak
itupun mengejarnya. Betapa senangnya hati Andi bak mendapat durian runtuh
setelah lepas dari kejaran pa ustad. Tapi ia lengah, karena kelengahannya
itulah kini dia mendapat petaka kembali, andi sibuk menunduk melihat betapa
bagusnya sandal yang telah di curinya itu, belum pernah ia melihat sandal yang
sebagus itu dan yang serupa dengannya, mungkin ini keluaran terbaru kali ya
pikirnya. Andi merasa sangat kagum. Dia memeluk erat sandal itu, dan tak ingin
melepasnya. Sepertinya rasa cinta telah memenuhi
relung kalbunya, dan kisah cinta beda alam itu hanya berlangsung beberapa detik
saja. Karena hadirnya orang ke tiga. Dia adalah selokan. Seketika Andi masuk
dalam dekapan selokan itu seketika itu juga ia melepaskan pelukkan eratnya terhadap
si Sandal. Sisandalpun pergi jauh dengan luka di hatinya. Andi tak dapat
mengejarnya, iapun hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi. Namun ia sadar
bahwa semua itu tiada arti. Andi lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya
lalu berkata” mungkin bukan jodoh kali.”
******
Sementara itu perjuangan pak ustad belum
berakhir, langkahnya belumlah terhenti. Apalagi setelah sangat dekat dengan target yang di burunya. Setelah seminggu ini dia berusaha menyelidiki siapakah
buronan yang selama ini meresahkan warga itu. Pak ustad merasa terpanggil untuk
memecahkan kasus ini. Karena ini menyangkut
urusan dunia dan akhirat. Karena ketika
solat di mesjid solat mereka jadi tidak khusyu, tidak fokus karena hatinya
selalu tertuju pada sandal. Warga komplek perumahan elit ini.memang terkenal
dengan gengsinya yang tinggi. Termasuk dalam urusan sandal. Tak ada satu
wargapun yang tak memakai sandal bermerek. Atau sandal-sandal yang ada di
warung-warung pinggir jalan yang kata mereka murahan. Hal ini sangat menguntungkan si maling bin buronan
bin penjahat itu. Karena tidak perlu lama-lama memilih atau memilah karena
semua sandalnya bagus. Akhirnya mesjidpun lama-lama sepi pengunjung. Karena
warga lebih memilih solat di rumah daripada berjamaah di mesjid dengan alasan
lebih khusuk solat dirumah katanya.
Pak ustad masih mencari Andi
meski dia tanpa alas kaki. Sandal yang di curi Andi itu adalah sandal miliknya.
Meski perih dia rasa dan sakit yang bukan main. Karena selama pengejaran tadi
dia telah menginjak paku, duri dan beling. Tak terhitung berapa banyak paku,
duri dan beling yang telah ia injak, tapi yang paling sakit baginya adalah yang
di gigit anjing tadi.
Pak ustad melihat Andi yang telah menepi di
pinggir selokan, seketika itu masa mudanya bangkit, energinya kembali, rasa
sakit dan lelah itu tiada lagi. Namun Andi juga menyadari itu, diapun berlari
kembali. Pak ustad berhasil menangkap Andi. Tapi dia kaget ada perempuan
setengah baya sedang terbaring lemah tepat di hadapan dia dan Andi saat ini
berdiri. Ya dia adalah ibunya Andi. Yang telah setahun ini mengidap penyakit
TBC. Andipun menjelaskan bahwa ibunya begini sejak ayahnya meninggal sekitar
setahun yang lalu.
“Hidup kami sudah susah pak, sejak ayah masih adapun,
apalagi sejak beliau meninggal. Sejak itu pula saya putus sekolah. Ya karena
tak mampu bayar saya juga harus merawat ibu saya. Saya menjadi pencopet, maling
ayam, ngutil di warung, sampai saya nyolong sandal di mesjid. Itu semua saya
lakukan yang penting ibu saya bisa makan dan minum obat. Walaupun nyawa saya
taruhannya. Saya rela melakukan apapun demi ibu saya. Saya sayang sama dia, saya
sangat sayang ibu saya, hanya dia orang yang saya punya di dunia ini. Tapi kini
saya sadar, perbuatan yang saya lakukan ini salah walaupun tujuannya benar. Sekarang
semua rahasia yang saya sembunyikan selama ini dari ibu saya sudah terbongkar,
bahwa saya ini sebenarnya penjahat. Bapak boleh tangkap saya sekarang, asal
bapak berjanji bapak mau merawat ibu saya sampai sembuh.” Ucap Andi panjang
lebar. Diapun menyerahkan kedua tangannya untuk di borgol.
Berlinangan air mata pak ustad saat
Andi berucap tadi. Teringat akan ibunya yang telah tiada dua tahun yang lalu.
Tak sempat ia berbakti karena terlalu sibuk bekeja di luar kota. Dan tak tahu
juga bahwa ibunya mengidap kanker hati kronis. Yang ia tahu ibunya baik-baik
saja di kampung halaman. Ia jarang sekali pulang untuk mengunjungi ibunya. Dalam setahun hanya libur
hari raya idul fitri saja dia pulang kekampung halaman. Dalam pikirannya
dengan mengirim ibunya uang setiap bulan
itu sudah cukup untuk membuat ibunya
senang, membuat ibunya bahagia. Tapi uang bukan segalanya, tidak semua hal di
dunia ini dapat di beli dengan uang. Seperti kebahagaiaan dan rasa sepi yang di
rasakan ibunya.”Ibu tidak butuh uang nak, saat ini ibu hanya butuh kamu.
Pulanglah nak, ibu sangat rindu dengan kamu, ibu sudah memasak makanan kesukaan
kamu. Kita habiskan waktu walau hanya semalam.” Itu ucapan terakhir ibunya
sebelum ajal menjemputnya. Dia di temukan meninggal di meja makan oleh
pembantunya. “Kenapa ibu tak pernah cerita? Dedi sayang sama ibu.” Ucapan terakhirnya di batu nisan ibunda
tercinta.
Tersadar dari kenangan masa
lalunya ustad sekaligus polisi inipun berkata
“Bapak tak akan menangkap kamu. Penjara anak di Tangerang,
bukan tempat yang cocok buat anak baik seperti kamu, bapa bangga sama kamu.” Seraya
memegang pundak Andi. “Bapa akan menanggung semua perawatan ibu kamu, dan bapa
juga yang akan membiayai sekolah kamu. Kamu harus sekolah lagi biar kamu bisa
jadi orang sukses. Setelah sukses kamu bisa bahagiain ibu kamu. Dan ingat pesan
bapak sesibuk apapun kamu jangan sampai melupakan ibu kamu, jangan pernah
biarkan dia sendiri dimasa tuanya, selalu ada buat dia dan selalu bahagiain
dia. Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.” Ujar pak ustad. Rona bahagia
terpancar dari wajah Andi dan ibunya. Andipun memeluk ibunya seraya berkata “aku
sayang kamu ibu”
****
“Ibu selama engkau hidup aku tak pernah bisa membuatmu
bahagia, apalagi membalas jasamu yang begitu besarnya padaku, tapi ibu semoga
hal ini bisa membuatmu bahagia atau paling tidak memunculkan lengkung indah di
bawah hidungmu, senyuman indah yang selalu kurindukan itu. Ibu aku sayang kamu.”
Ucap Pak ustad sebelum akhirnya ia pingsan karena kehilangan banyak darah.
TAMAT
Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB : Kartono
Anwar Nasution
Email: anwar_kartono@yahoo.com
Alamat blog: Kartono-Bilang.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar